KepemimpinanKhulafaur Rasyidin merupakan kajian Islam yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Kitab Al-Ibanah 'an Ushul ad-Diyanah karya Syaikh Imam Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy'ari rahimahullah atau terkenal dengan sebutan Imam Abul Hasan al-Asy'ari rahimahullah.Kajian ini disampaikan pada 9 Ramadhan 1439 H/ 25 Mei 2018 M.
Kelompoklain sempat berbeda pendapat, kemudian mereka mengusulkan nama-nama lain yang menurutnya lebih pantas meneruskan kepemimpinan Rasulullah SAW. Dengan semangat Ukhuwah Islamiyah, maka Abu Bakar terpilih menjadi orang yang pertama kali menjadi Khulafaur Rasyidin.
Jadi jika digabungkan Khulafaur Rasyidin artinya pengganti yang mendapat petunjuk. Khulafaur Rasyidin adalah pemimpin yang bersedia untuk menggantikan tugas-tugas Rasulullah SAW. sebagai kepala negara, pemimpin pemerintahan, dan pemimpin umat Islam. Islam bisa mencapai hingga Eropa. Berkat gaya kepemimpinan Umar ini menjadi kekuatan untuk
cash. Model Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Kepemimpinan keempat Khulafaur Rasyidin berbeda-beda sesuai dengan karakter pribadinya dan situasi masyarakatnya. Pada masa Abu Bakar, Beliau dikenal dengan Khalifaturrasul yaitu pengganti Rasul sebagai pemimpin agama dan pemerintahan. Semasa kepemimpinanya yang singkat, beliau memprioritaskan penyelesaian problem dalam negeri. Beberapa kelompok berusaha melepaskan diri dari jamaah Islam. mereka menggangkap setelah Nabi Muhammad Saw. meninggal maka berakhir pula kekuasaan Islam terhadap mereka. Selain itu beberapa orang mengaku sebagai nabi pengganti Rasul. Juga ada yang menolak membayar zakat. Terhadap ketiga pembelot tersebut, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi mereka. Pusat kekuasaan bersifata sentral. Segala kekuputusan ada di tangan Khalifah Abu Bakar. Walaupun begitu, Beliau selalu mengadakan musyawarah dengan para Sahabatnya sebelum memutuskan sesuatu. Seperti keputusan untuk memerangi orang yang tidak membayar zakat. Terjadi musyawarah dengan Umar bin Khattab. Dan alasan Abu Bakar bahwa tidak ada yang memisahkan antara shalat dan zakat al-Qur’an. Beliau beralasan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah mencontohkannya. Tapi setelah mendengar pendapat para Sahabat bahwa penulisan itu untuk kemaslahatan umat, beliau menerimnya. Abu Bakar menunjuk langsung Umar bin Khattab sebagai penggantinya dengan mempertimbangkan situasi politik yang ada. Beliau khawatir kalau pengangkatan melalui proses pemilihan seperti pada masanya akan memperkeruh situasi politik. Selain itu agar pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Islam akan terhambat. Pada Masa Khalifah Umar bin Khattab, beliau memproklamirkan Amirullmukminin. Beliau memprioritaskan perluasan Islam. perluasan Islam mencapai sepertiga dunia. Islam bisa tersebar sampai ke daratan Eropa. Ketegasan dan kebijkasanaan membawa Islam menjadi kekuatan yang diperhitungankan. Posisi Islam menyamai kekuatan besar yaitu Romawi dan Persia. Umar bin Khattab menerapkan sistem administrasi pemerintahan yang diadopsi dari Persia. Administrasi pemerintahan mengatur delapan wilayah provinsi yaitu Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kuffah, Palestina, dan Mesir. Beberapa Departemen didirikan untuk mengatur gaji dan pajak tanah sehingga berdiri Bait al Mal. Dalam merapikan sistem admnistrasi, Beliau menerapkan kalender Hijriah. Penanggal berdasarkan hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan bulan Muhamram sebagai awal bulan kalender Hijriyah. Dalam proses peralihan kepemimpian, Umar bin Khattab tidak menggunakan cara yang dilakukan oleh Abu Bakar. Beliau lebih memilih tim formatur yang terdiri dari enam orang Sahabat Nabi. Tugasnya untuk memilih diantara mereka sebagai penggantinya. Melalui proses persidangan tim formatur terpilih Usman bin Affan sebagai Khalifah. Model kepemimpinan Umar bin Khattab dilanjutkan oleh Usman bin Affan. Beliau mengembang Islam ke beberapa daerah yang belum tercapai pada masa Umar bin Khattab. Perbedaan karakter Usman dengan Umar bin Khattab menimbulkan model kepemimpinan yang berbeda. Karakter Usman yang lembut berbeda dengan karakter Umar yang tegas dan keras. Hal ini menimbulkan keecewaan umat Islam. Disamping itu Usman bin Affan diangkat usia 70 tahun. Sehingga beliau memimpin umat Islam sedikit lemah. Kebijakan yang paling disorot adalah Kebijakannya pada pengangkatan kerabat keluarganya menduduki jabatan penting. Seperti gubernur-gubernur di daerah kekuasaan Islam berasal dari kerabat dekat. Selain perluasan Islam, Usman memperhatikan pembangunan dalam kota seperti membangun bendungan pencegah banjir, jalan-jalan, jembatan, masjid, dan perluasan masjid Nabawi. Beliau memperluas daya tampung masjid Nabawi yang dibangun pada zaman nabi Muhammad Saw. Pada masalah suksesi kepemimpinan, Usman bin Affan tindak meningggalkan pesan. Beliau meninggal terbunuh dalam peristiwa berdasah ketika beliau sedang membaca al Qur;an. Hal itulah yang memperburuk situasi politik setelah meninggalnya Khalifah Usman bin Affan di usia 83 tahun. Ali bin Abi Thalib melajutkan kepemimpinan Usman bin Affan dalam kondisi tidak stabil. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib disetuju mayoritas umat Islam. Tapi sebagi pro Muawiyah menolak kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Beliau menghadapi situasi yang berbeda dengan zaman Abu Bakar dan Umar. Dimana umat Islam pada masa Abu Bakar dan Umar masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus dituntaskan seperti perluasan wilayah Islam. selain itu kehidupan sosialnya masih sangat sederhana dan belum banyak terpengaruh oleh kekayaan dan kedudukan. Sedangkan zaman Ali bin Abu Thalib luas dan besar, serta perjuangannya sudah terpengaruh oleh motivasi duniawi. Ali menghadapi kelompok penentang sangat kuat ketika memberlakukan kebijakannya pada pemecatan pejabat-pejabat. Hal ini yang dianggap penyebab munculnya pemberontakan. Beliau menghadapi juga pemberontakan dari Zubair dan Aisyah karena dianggap tidak menghukum pelaku pembunuhan Usman bin Affan. Pertentang keduanya mengakibatkan perang Jamal atau perang unta karena Aisyah menunggang unta dalam peperangan. Pertentangan Ali dengan Muawiyah mengakibatkan perang siffin. Perang tersebut diakhiri dengan tahkim/arbitras di Daumatul Jandal pada tahun 34 H. Akibat peristiwa itu, muncul tiga golongan di kalangan umat Islam, yaitu Khawarij, Murjiah, dan Syiah. Ketiganya golongan yang sangat kuat dan mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam Perselisihan itulah yang menjadi awal berakhirnya pemerintahan Islam dibawah Khulafaurrasyidin. Meskipun memiliki kelemahan-kelemahan, para ahli sejarah menyatakan bahwa pemerintahan Islam masa Khulafaurrasyidin merupakan masa pemerintahan Islam yang paling mendekati masa pemerintahan Rasulullah Saw. Demikian artikel kami tentang model kepemimpinan khulafaur Rasyidin. . Semoga artikel kami tentang model kepemimpinan Khulafaur Rasyidin bermanfaat.
Membahas tentang sejarah kejayaan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw pada masa awal tidak bisa lepas dari salah satu perjuangan para pemimpinan Islam di era setelahnya, atau yang lebih masyhur dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Pada masa ini merupakan masa paling cemerlang dalam sejarah kaum muslimin setelah masa Rasulullah. Para khulafaur rasyidin merupakan pemegang estafet kepemimpinan Islam untuk melanjutkan perjuangan Rasulullah. Oleh karena itu, tidak etis jika membahas masa keemasan Islam di masa awal namun tidak menyinggung pimpinan kaum muslimin pada masa itu. Adapun tokoh-tokoh pimpinan kaum muslimin yang memiliki gelar Khulafaur Rasyidin adalah, Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, dan Umar bin Abdul Aziz, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya, Sullam al-Munajah Syarah Safinatis Shalat. Para khulafaur rasyidin menjadi pimpinan-pimpinan yang sangat adil, dan bijaksana, sebagaimana sosok yang menjadi teladan bagi mereka, yaitu Rasulullah. Mereka mewakili nabi dalam mewujudkan keadilan, menyebarluaskan kebajikan dan kasih sayang, serta ucapan dan perbuatannya tidak pernah menyimpang dari ajaran suci yang dibawa olehnya. Era itulah yang menjadi parameter dalam mengukur sejauh mana lurusnya penguasa setelah Rasulullah. Nah, dalam hal ini, penulis akan menjelaskan biografi masa kepemimpinan khulafaur rasyidin setelah Rasulullah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Nawawi Banten wafat 1316 H dalam kitab Sullam al-Munajah Syarah Safinatis Shalat, cetakan Darul Kutub al-Wasathiyah, halaman 5-6, sebagai berikut Abu Bakar As-Shiddiq Setelah Rasulullah wafat, sahabat Abu Bakar yang sekaligus mertuanya ditunjuk oleh para sahabat sebagai penggantinya untuk memegang kendali umat Islam, sekaligus melanjutkan estafet kepemimpinan menantunya itu. Ia merupakan khulafaur rasyidin pertama yang menjadi pimpinan umat Islam setelah Rasulullah. Sosok yang santun, adil, penyayang, dan bijaksana dalam dirinya, merupakan representasi dari apa yang ia lihat dari Rasulullah dalam memimpin umat Islam. Oleh karena itu, para sahabat sepakat untuk menunjuknya sebagai pimpinan umat Islam saat itu. Menurut Syekh Nawawi Banten, Abu Bakar menjadi pimpinan umat Islam selama dua tahun setengah. Saat itu, ia tidak hanya memiliki tugas untuk menyebarkan ajaran Islam, namun juga memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan kaum muslimin yang sudah keluar dari ajaran Islam murtad pasca-meninggalnya Rasulullah. Setelah genap memimpin umat Islam selamat dua tahun setengah. Ia wafat di usia 63 tahun. Ia meninggalkan umat Islam pada malam Selasa tanggal 23 Jumadil Akhir, antara waktu Maghrib dan Isya, kemudian dimakamkan di Madinah berdekatan dengan makam Rasulullah. Adapun penyebab wafatnya, sebagaimana disebutkan oleh Syekh Nawawi, yaitu disebabkan sedih yang terus menerus karena ditinggal oleh Rasulullah. Umar bin Khattab Setelah sahabat Abu Bakar wafat, Sayyidina Umar merupakan satu-satunya sahabat yang dipilih untuk melanjutkan perjuangan sahabat dekatnya itu. Sikapnya yang tegas dalam berdakwah, dan bijaksana dalam menyebarkan ajaran Islam menjadi salah satu alasan di balik terpilihnya Umar untuk menjadi pimpinan kaum muslimin. Umar bin Khattab merupakan khulafaur rasyidin kedua setelah sahabat Abu Bakar. Ia menjadi pimpinan umat Islam selama sepuluh bulan dan lima hari. Dalam catatan sejarahnya, ia mampu menyebarkan ajaran Islam dengan sangat luas sekalipun dengan tempo yang sangat singkat selama menjadi pemimpin. Sayyidina Umar wafat di usia 63 tahun, sebagaimana usia sahabat Abu Bakar. Ia meninggalkan umat Islam pada hari Rabu tanggal 27 bulan Dzulhijah, setelah dibunuh oleh Abu Lu’luk al-Mughirah Fairuz, saat sedang melakukan shalat Subuh, kemudian dimakamkan di Madinah berdekatan dengan makam Rasulullah dan Abu Bakar. Utsman bin Affan Sayyidina Utsman bin Affan merupakan piminan umat Islam ketiga dalam sejarah khulafaur rasyidin setelah masa kepemiminan Sayyidina Umar. Ia memimpin kaum muslimin dengan tempo yang tidak sedikit, yaitu selama dua belas tahun kurang dua belas hari. Selama menjadi pemimpin umat Islam, ia telah berhasil menaklukkan berbagai kerajaan-kerajaan yang menentang terhadap ajaran yang ia dakwahkan. Terbukti, pada masa kepemimpinannya itu, ia telah berhasil menyebarkan ajaran Islam hingga kota Mesir. Tepat di masa keemasan pimpinannya itu, Utsman bin Affan pergi meninggalkan umat Islam di usia 88 tahun. Ia wafat karena dibunuh oleh penduduk Mesir dan orang-orang Khawarij setelah melaksanakan shalat Ashar, tepat pada hari Rabu tanggal 18 Dzulhijjah, kemudian dimakamkan di Makbarah Baqi’ di Madinah. Ali bin Abi Thalib “Saya Rasulullah adalah gudangnya ilmu, dan Ali adalah pintunya ilmu.” Demikian salah satu hadits populer perihal kelebihan Sayyidina Ali dari sahabat yang lainnya. Ia menjadi sahabat pertama yang masuk Islam dari kalangan anak kecil, sekaligus menjadi suami dari putri Rasulullah, Sayyidah Fatimah az-Zahra. Ali bin Abi Thalib merupakan khulafaur rasyidin keempat setelah wafatnya Utsman bin Affan. Ia dipercaya untuk melanjutkan perjuangan Rasulullah dan para pimpinan Islam sebelumnya. Pada masa kepemimpinannya, ia berhasil menyebarkan ajaran Islam melebihi jangkauan khulafaur rasyidin sebelumnya. Selama bertugas, ia tidak hanya menyebarkan ajaran Islam, namun menyejahterakan rakyatnya, berlaku sangat adil dan bijaksana, sebagaimana pimpinan-pimpinan sebelumnya. Namun, dalam masa kepemimpinannya tersebut dikenal dengan istilah masa tersulit jika dibanding dengan masa-masa sebelumnya. Sebab, pada masa itu terjadi perang saudara antara umat Islam pasca wafatnya Sayyidina Utsman. Kendati demikian, ia tetap memiliki sejarah yang luar biasa dalam mengatasi semua itu. Tepat di masa kepemimpinannya yang sudah mencapai 5 tahun, ia meninggalkan umat Islam setelah dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam di usia 65 tahun. Pembunuhan tersebut terjadi malam Jumat 17 Ramadhan tahun 40 H, kemudian dimakamkan di Kufah. Hasan bin Ali Setelah ayahnya, Sayyidina Ali wafat karena dibunuh, Sayyidina Hasan sebagai anaknya mengambil alih kepemimpinannya. Ia melanjutkan perjuangan ayahnya dalam menyebarkan ajaran Islam, dengan mengambil alih estafet kepemimpinannya di Kufah. Di masa kepemimpinan Sayyidina Hasan, system yang ia terapkan tidak jauh beda dengan apa yang diterapkan oleh ayahnya. Hanya saja, ia menjadi pimpinan umat Islam dengan tempo yang tidak terlalu lama, yaitu 6 bulan kurang satu hari. Kendati waktu yang singkat, ia berhasil dalam mengemban amanah beratnya itu. Ia merupakan sosok yang sangat tegas dan bijaksana. Keadaan politik yang memanas saat itu berhasil ia kendalikan dengan baik. Syekh Nawawi mengatakan bahwa pada bulan Muharram ia jatuh sakit, kemudian beberapa hari setelah itu, tepatnya di pertengahan bulan Muharram ia wafat, kemudian dimakamkan di Baqi’, Madinah. Umar bin Abdul Aziz Salah satu pimpinan yang masuk dalam daftar khulafaur rasyidin menurut sebagian ulama adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ia merupakan sosok pemimpin yang sangat amanah dan jujur dengan apa yang menjadi kewajibannya. Khalifah Abdul Aziz menjadi pimpinan umat Islam selama dua tahun dan lima bulan. Kemudian ia sakit dan wafat pada bulan Rajab tanggal 21. Ia wafat di usianya yang masih muda, yaitu 3 tahun lebih enam bulan, kemudian dimakamkan di Damaskus. Demikian biografi singkat khulafaur rasyidin dan masa kepemimpinannya dalam memperjuangkan ajaran Islam. Semoga bermanfaat. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan, Kokop, Bangkalan, Jawa Timur.
Kaligrafi Khulafaur Rasyidin di Hagia SophiaBelt93 CC BY-NC-SA Empat khalifah pertama dalam masa kepemimpinan Islam – Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali disebut dengan Khulafaur Rasyidin 632-661 M oleh Muslim Sunni. Masa pemerintahan ini dimulai dari kematian Nabi Muhammad pada 632 M, saat Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah atau penerus Nabi, namun bukan mewariskan kenabian menurut umat muslim, Muhammad adalah nabi terakhir, dan berakhir saat pembunuhan Khalifah Ali pada 661 M. Di masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, pasukan Islam bersatu di Jazirah Arab atas nama panji-panji agama dan menaklukan sebagian besar Kerajaan Byzantium 330-1453 M dan seluruh Kekaisaran Sasani Persia Baru 224-651 M. Penaklukan cepat dan permanen ini berhenti pada masa pemerintahan Khalifah Rasyidin terakhir, Ali, yang sebagian besar masa pemerintahannya dihabiskan dengan perang saudara. Ali dianggap sebagai satu-satunya pewaris sah Muhammad oleh Muslim Syiah. Khulafaur Rasyidin mengenalkan sistem administrasi inovatif, yang walaupun tidak berhasil menaklukan otoritas, sistem ini kemudian digunakan dan diadaptasi oleh para pemimpin-pemimpin negara selanjutnya hingga 1924 M. Khalifah Abu Bakar 632-634 M Kematian Nabi Muhammad pada 632 M adalah tragedi bagi para pengikutnya, bahkan beberapa menolak kebenaran berita kematian ini. Muhammad mengaku telah menerima wahyu ketuhanan, sehingga kepergiannya membuat pengikutnya khawatir tidak bisa dibimbing oleh keimanan lagi. Beberapa masalah muncul karena Muhammad tidak memilih langsung penggantinya dan tidak memiliki keturunan untuk menggantikannya. Tidak lama setelah kematiannya, banyak suku Arab yang menyatakan bahwa perjanjian dengan Muhammad adalah urusan pribadi dan mereka terlepas dari islam hal ini disebut dengan Ridda – berarti 'murtad' dalam bahasa Arab. Lebih buruknya, banyak orang yang mulai mengaku sebagai nabi. Selama hidupnya, Muhammad telah menjelaskan kepada pengikutnya bahwa ia adalah nabi terakhir dan siapapun yang mengaku sebagai nabi setelahnya adalah pendusta di mata umat Muslim. Abu Bakar 573-634 M mendapatkan dukungan dari mayoritas Muslim Muslim Sunni dan menjadi Khalifah–yang artinya penerus nabi. Abu Bakar 573-634 M, seorang sahabat Muhammad dan laki-laki pertama yang masuk islam ia diberi julukan Siddique – artinya dipercaya, mendapatkan dukungan dari mayoritas Muslim Muslim Sunni dan menjadi Khalifah–yang artinya penerus nabi. Penetapannya bukan tanpa penolakan, ada beberapa kelompok muslim yang disebut Shia't Ali pihak Ali mengajukan Ali sebagai kandidat sah sebagai Khalifah, tapi pada akhirnya posisi Abu Bakar ditetapkan. Para pelaku murtad dan nabi palsu menjadi ancaman bagi Islam pada saat itu, yang paling terkenal salah satunya adalah Musailamah m. Desember 632 M, disebut dengan "Si Pendusta" oleh umat islam. Jazirah Arab terpecah lagi, dan jika kelompok-kelompok ini bergabung dan melawan sebuah persatuan – Madinah dan Mekah, kepemimpinan Islam bisa hancur. Abu Bakar berbakat sebagai pemimpin; ia mengumpulkan umat beriman yang mampu untuk mempersiapkan diri untuk Jihad Perang suci. Ia tahu walaupun jumlah musuhnya jauh lebih banyak, mereka sebenarnya tercerai-berai, dan ia menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Abu bakar membagi pasukan Muslim menjadi beberapa kelompok dan mengirimkan ke setiap bagian Jazirah Arab untuk ditaklukan – peperangan ini kemudian dikenal sebagai Perang Riddah 632-633 M. Jendral yang paling dikenal di masa ini adalah Khalid bin Al Walid l. 585-642 M, yang pasukannya, walaupun kalah jumlah, mampu menaklukan kekuatan Musailamah di Pertempuran Yamamah Des 632 M, dimana Musailamah terbunuh. Kaligrafi Abu BakarPetermaleh CC BY-SA Di akhir Perang Riddah, seluruh Jazirah Arab berada di bawah kekuasaan Islam, Abu bakar diberi julukan "Pencetus Islam Kedua" menurut sejarawan John Joseph Saunders. Abu Bakar tahu kebiasaan bangsa Arab yang suka balas dendam, dan suku-suku yang ditaklukan akan segera melakukannya cepat atau lambat. Abu Bakar langsung menetapkan tujuan selanjutnya negara tetangga Syria dan Irak–yang pada saat itu masing-masing berada di bawah kekuasaan Bizantium dan Sasaniyah. Kedua kekaisaran ini sudah hampir kolaps karena sedang dalam masa peperangan, dan Abu Bakar menggunakan kesempatan ini untuk menyerang– dan Ia berhasil walaupun mungkin hal ini tidak diperhitungkannya. Abu Bakar mengirim pasukan menuju kedua provinsi untuk meluaskan wilayah di pemukiman suku-suku Arab yang membenci aturan negara mereka karena pajak yang tinggi untuk biaya perang yang tiada henti. Sejarawan J. J. Saunders menulis di bukunya A History of Medieval Islam tentang pidato Abu Bakar di depan pasukannya Dalam pidato kepada pasukannya yang setia, Abu Bakar meminta mereka untuk tidak menyakiti wanita, anak-anak, dan orangtua, tidak menjarah dan menghancurkan kebun, pepohonan, kawanan ternak, dan mengamankan pendeta-pendeta kristen dan semacamnya apabila mereka bertemu. 43-44 Khalid dikirim ke Irak dan memenangkan perang, dengan catatan pembunuhan brutal terhadap tawanan perang. Sementara itu, pertempuran di Syria juga dimenangkan. Penguasa Bizantium, Heraklius 610-641 M kemudian mencium maksud penyerangan ini dan mempersiapkan perlawanan di bawah perintah keponakan laki-lakinya, Theodore, karena ia sedang sakit. Mengetahui ini, Abu Bakar memerintah Khalid untuk meninggalkan Irak dan pindah ke Syria. Penaklukan Irak oleh Khalid bin Al-WalidMohammad Adil GNU FDL Khalid menunjukkan keahlian militernya, ia memilih tentara-tentara terbaik dan memaksa unta-unta minum air dalam jumlah yang sangat banyak, kemudian melakukan perjalanan ke Syria yang tandus dan kering – satu unta dibunuh setiap harinya untuk diminum airnya. Sampai di Syria, Khalid menaklukan wilayah Bizantium dan bersatu dengan kekuatan muslim untuk mengalahkan pasukan Bizantium di pertempuran Ajnadayn 634 M – kejadian ini memperkuat posisi Muslim di wilayah ini. Abu Bakar meninggal tidak lama setelahnya. Khalifah Umar 634-644 M Abu Bakar didukung oleh banyak tokoh, seperti Umar bin Khattab 584-644 M, seorang sahabat Muhammad, yang terkenal dengan sifatnya yang keras dan kegigihannya dalam menegakkan keadilan. Abu Bakar memilih Umar sebagai penerusnya, dan setelah kematiannya, Umar pun dipilih menjadi khalifah selanjutnya, Ia diberi julukan "panglima yang setia". Umar melanjutkan operasi militer Abu Bakar dan membawakan dua kemenangan besar di masa Kekhalifahan. Pasukan Muslim 595-674 M melawan Sasaniyah di pertempuran Al Qadisiyyah di bawah perintah Sa'ad bin abi Waqas; hasilnya Irak berada di bawah kekuasaan Muslim dan sisa wilayah Kerajaan Sasaniyah ditaklukan kemudian. Serangan Khalid bin Al-Walid menghancurkan pasukan Bizantium di pertempuran Yarmuk – pasukan ini awalnya dikomando seorang senior bernama Abu Ubaidah 583-639 M, namun kemudian diambil alih oleh Khalid, dan Levant kemudian dikuasai oleh Rasyidin. Penaklukan Syria oleh Khalid bin Al-WalidMohammad adil GNU FDL Kota Jerusalem menyerah tanpa syarat kepada Umar pada 638 M Umar mengunjungi Levant dan Syria untuk mengatur beberapa urusan domestik. Umar juga mencabut jabatan Khalid sebagai jendral setelah kemenangannya, sebuah tindakan yang diprotes besar-besaran. Sebagian masyarakat berasumsi Umar memiliki masalah pribadi dengan Khalid, beberapa yang lain menganggap Khalid terlalu kejam banyak kontroversi tentang Khalid dan Umar yang menjunjung keadilan tidak siap untuk mengatasi tindakannya. Jika alasannya adalah yang kedua, Umar mungkin ragu untuk mengeksekusi jendral tersebut yang bisa dilakukan dengan mudah karena kemenangan yang Khalid buat di medan perang. Bagaimanapun, Umar jelas lebih memilih Abu Ubaidah sebagai calon penerusnya, namun Abu Ubaidah meninggal karena wabah di Syria dan Levant pada 639 M. Selama sepuluh tahun masa kepemimpinannya, Umar mempertahankan pemerintahannya dengan sangat kuat. Hingga saat ini, Umar dikenal sebagai khalifah yang paling terkenal. Sejarawan J. J. Sauders menyebutnya "Pencetus Kekuasaan Islam yang sebenarnya". Umar mengenalkan diwan, birokrasi primitif yang mengatur gaji dan pensiun tentara. Umar juga menjaga masyarakat lokal yang wilayahnya baru dikuasai dari penjarahan pasukan tentara dengan memisahkan tempat tinggal pasukan di wilayah khusus seperti Fustat di Mesir; dan Kufa serta Basra di Irak. Ia juga membuat banyak perubahan dan membuat institusi yang sebelumnya belum pernah ada di bangsa Arab, seperti polisi, pengadilan, dan parlemen. Umar mengenalkan kalendar Islam, yang dimulai dari tahun heigra – 0 SH / Nol "Setelah Hijrah", yaitu perjalanan Nabi dari Mekah ke Madinah pada 622 M. Mata uang era Khulafaur RasyidinCNG Coins GNU FDL Umar dikenal karena kesalehan dan kecintaannya pada keadilan, yang membuatnya dijuluki Faruq pembeda kebenaran dan kebatilan. Salah satu kisah di masa kepemimpinan Umar adalah ketika anaknya dituduh melakukan zina, saksinya adalah wanita yang mengaku menjadi pendampingnya pada saat itu. Umar memerintah anaknya untuk dicambuk, dan anaknya yang tidak sanggup menahan rasa sakit cambukan kemudian meninggal. Tak lama tuduhan ini terbukti salah, Umar merasa hancur tapi tidak melakukan balas dendam atas nama anaknya. Setelah kematian Abu Ubaidah, ia menunjuk Muawiyah 602-680 M sebagai gubernur baru Syria di tahun 639 M, keturunannya kemudian, Umayya, menggantikan status khalifah pada 661 M. Umar dibunuh dengan alasan balas dendam oleh seorang budak Persia bernama Lu'lu pada 634 M, yang terpuruk karena kekalahan Persia sebelumnya. Khalifah Usman 644-656 M Di akhir hayatnya, Umar menunjuk enam panitia syura – dalam bahasa Arab untuk memilih penerusnya; mereka lalu memilih antara dua pilihan Usman bin Affan 579-656 M dan Ali bin Abi Thalib 601-661 M. Pada akhirnya, Usman dipilih menjadi penerus. Ia berasal dari keluarga bangsawan Umayya dan seorang sahabat Muhammad ia menikahi dua anak nabi, dan diberi julukan Ghani, "Dermawan", karena banyak bersedekah. Usman dituduh melakukan nepotisme karena memberikan posisi penting kepada salah satu keluarga Umayya dan pencemaran agama. Di masa pemerintahan Usman, seluruh wilayah Mesir bersatu, beberapa wilayah Persia ditaklukan, dan Bizantium gagal mengambil alih tanah mereka lagi, ironisnya berkat bantuan rakyatnya sendiri kebanyakan monofisit yang lebih memilih berada di bawah pemerintahan umat Muslim karena pemimpin sebelumnya sangat opresif. Usman tidak sepopuler khalifah-khalifah sebelumnya, meskipun pencapaiannya mengagumkan. Harga-harga naik dan banyak isu sosio-ekonomi di masanya karena perang yang terus menerus, dan hal ini membuat rakyat marah. Ditambah, Usman dituduh melakukan nepotisme karena memberikan posisi penting kepada salah satu keluarga Umayya dan pencemaran agama terbukti salah setelah kematiannya. Karena kurang dikenal, ditambah penolakannya untuk melawan pemberontakan dengan kekuatan militer yang sebenarnya mudah dilakukan dengan alasan tidak ingin membunuh sesama muslim, kemudian berujung pada kematiannya. Peta Fitnah PertamaAl Ameer son CC BY-SA Khalifah Usman dibunuh di rumahnya sendiri, pada 656 M, oleh seorang tentara pemberontak dari wilayah pasukan Fustat Mesir. Ia sedang membaca Al-Qur'an saat dibunuh. Istrinya, Naila, berusaha menyelamatkannya tapi gagal sempat berusaha mencabut pedang yang menancap dengan tangan kosong tapi jarinya terluka. Secara politik Usman lemah, namun dia adalah orang yang jujur dan lembut. Sepupunya, Muawiyah, menawarkan perlindungan penuh di Syria, tapi Usman tidak ingin meninggalkan Madinah, tempat dimana Nabi memijakan kaki dan tinggal hingga kematiannya. Khalifah Ali 656-661 M Ali, yang menjadi bayang-bayang pendahulunya Ali menjadi penasihat pemerintahan pada saat itu, akhirnya menjadi khalifah selanjutnya, namun kesatuan Muslim telah mati bersama Usman. Muawiya, yang saat ini menjadi pemimpin suku Umayyah, ingin membalas dendam kematian Usman, namun Ali gagal mengadili kematian pendahulunya, akibatnya rakyat gelisah dan tidak stabil Ali ingin mengembalikan kesatuan terlebih dahulu. Tidak tahan dengan ketidakadilan, Muawiyah dengan beberapa tokoh muslim lainnya memulai pemberontakan; perang saudara pertama dalam islam – Fitnah Pertama 656-661 M dimulai. Pada 656 M, Ali menghadapi pasukan yang dipimpin Aisyah, istri termuda Nabi Muhammad, di Basra Irak. Walaupun ia memenangkan Perang Jamal dan tidak banyak yang bisa dilakukan di situasi tersebut, namanya tercoreng karena telah menumpahkan darah umat Muslim, hal yang tidak dilakukan oleh Usman. Penaklukan Islam pada abad 7-9Simeon Netchev CC BY-NC-SA Ali berkelana ke Syria, di tahun selanjutnya, ia bertarung melawan Muawiyah dalam Perang Shiffin, yang berujung jalan buntu. Muawiyah menolak kepemimpinan Ali dan didukung oleh Syria, Levant, dan Mesir. Ali membuat kontroversi dengan memindahkan ibu kota dari Madinah ke Kufah, wilayah militer di Irak. Ia gagal sebagai pemimpin; ekspansi kekuasaan dihentikan, dan umat Muslim saling membunuh. Di masa setelah kematianya, Ali dipuja oleh Islam Syiah, namun pada saat ini reputasinya semakin memburuk, bahkan beberapa meninggalkannya. Ketika Ali masih memimpin di Kufa, Muawiyah mendeklarasikan diri sebagai Khalifah di Jerusalem. Pemerintahan Islam punya dua khalifah dalam satu waktu. Keadaan ini berubah ketika Ali dibunuh oleh kelompok ekstrimis bernama Khawarij. Khawarij mulanya adalah pengikut Ali, tapi keputusan Ali untuk berdamai dengan Muawiyah membuat mereka marah. Ali membalas pengkhianatan Khawarij dengan menyerang mereka dengan kekuatan militer penuh. Kemudian kelompok ekstrimis ini merencanakan balas dendam. Mereka membunuh Khalifah ketika beliau memimpin jamaah sholat pada 661 M. Sebagai pemimpin, pencapaian Ali tidak banyak, namun Muslim Sunni dan Syiah sepakat bahwa Ali adalah orang baik dan Muslim yang taat. Pertimbangan-pertimbangan keliru secara fatal di masa pemerintahannya, namun sampai saat ini ia dihormati karena kesalehannya yang teguh, tutur katanya yang bijak, keberaniannya di medan perang, dan diberi julukan Asad Allah, "Singa Allah". Akhir Kaum Khawarij sempat melakukan usaha pembunuhan kepada Muawiyah, namun ia selamat. Muawiyah kemudian membangun Dinasti Umayyah 661-750 M. Kepemimpinan yang timpang di masa Khulafaur Rasyidin diperbaiki, dan Umayyah memimpin dengan tegas pemberontakan dimusnahkan sampai habis dan wilayah yang memberontak diawasi oleh gubernur yang keras namun setia. Para pemimpin Umayyah juga mengenalkan sistem pemerintahan Arab, pada masa ini, kekuatan islam berada di puncaknya. Di samping pencapaian politik dan militer yang tertutupi para penerusnya, Khulafaur Rasyidin tetap dihormati sebagai khalifah-khalifah terbaik sampai saat ini karena kesalehan mereka. Meskipun sistem pemerintahan saat itu tidak stabil, mereka menancapkan pondasi kekhalifahan islami yang bertahan hingga berabad-abad setelah kematian mereka.
gaya kepemimpinan khulafaur rasyidin